Jumat, 24 September 2010

::::Makhluk Anti-Sosial::::

Anti-sosial. Ngeri juga sama istilahnya. But, it's true. Saya memang makhluk anti-sosial. Even, i'm not like a vampire that's never want to meet the sun. Saya cuman males berbasa-basi dan bergaul dengan orang lain apabila mood saya lagi gak pengen.

Sering banget temen-temen yang ngajakin jalan bareng ato pergi kemana gitu, tapi saya tolak. Bukan dengan alasan2 bohong, tapi dengan alasan yang memang terjadi sebenernya. Saya gak pengen bohoing, soalnya selalu aja ada kejadian gak enak kalo saya mulai bohong.

So, bukan bermaksud pengen mutusin tali silaturrahmi sama temen-temen, tapi karena saya memang mikirin segala macam hal yang mungkin gak mereka pikirin. Salah satunya karena saya pengen diem di rumah, bersama keluarga saya, yang walopun ada saatnya ketawa dan berantem, tapi itulah rumah yang sebenernya. Daripada saya di luar dengan topeng yang mengharuskan saya tertawa ngakak padahal hati lagi mellow abis. Mending gak keluar rumah sama sekali.



Dodol banget kayaknya harus bohong dengan perasaan sendiri, harus ketawa padahal lagi marah, harus berbasa-basi, padahal lagi males ngomong. I never want to wear a mask anymore. Udah cukup kayak gitu. Sekarang buka topeng dan jadi diri saya sendiri. Inilah saya, makhluk anti-sosial yang cuman pengen nikmatin hidup tanpa harus menyimpan suasana hati sendiri, tanpa harus jadi pembohong dan ngorbanin orang banyak.

Dan inilah saya, seorang Eva yang cuman pengen menjalani hidup tanpa harus ngikutin kefanatikan terhadap suatu hal yang kadang bikin orang bisa lupa sama mimpi dan cita-citanya sendiri. Saya lebih suka berdiam diri di rumah, nonton TV, dan ngajak adek saya berantem, daripada harus seneng-seneng tanpa tujuan yang jelas. Bingung juga sih, kok bisa ya, mereka mikirin kesenangan sendiri tanpa mikirin besok mau ngapain, besok bakal ngadepin apa, dan bakal jadi apa. Semua orang emang punya hak buat bersikap kayak gitu, toh mereka sendiri kok yang jalanin hidupnya. Saya hanya berpendapat, boleh marah tapi jangan dendam ya.

Tapi, walaupun saya makhluk anti-sosial, bukan berarti saya gak punya temen. Saya punya banyak teman dari berbagai latar belakang. Kadang saya menghabiskan waktu dengan mereka. Jalan-jalan, makan-makan, dan berbagai hal lainnya. Tapi untuk beberapa kali saja. Yah, seperti yang saya bilang, tergantung mood.

Saya gak mau punya sahabat. Saat orang-orang berlomba nyari 'sahabat'-nya, saya milih untuk diam. Saya hanya gak terbiasa untuk curhat dengan orang lain. Bagi saya (mohon maaf kalo ada yang tersinggung), kadang persahabatan seolah disalahartikan menjadi 'penyanderaan hak seseorang'. Bayangkan , untuk melakukan yang kita pengen aja, kita harus selalu dengan sahabat. Saat pengen jalan, selalu dengan sahabat. Lalu kapan waktu untuk kita sendiri?
Saya lebih memilih untuk jalan sendiri keliling kota dengan kamera saku yang tersimpan dalam tas dan mp3 yang mutar musik favorit saya.

Tapi semua orang punya pilihan dan pendapat masing-masing.
So, apa pendapat kalian?????

*P E A C E*

Tidak ada komentar: